20 Maret 2012
Ludahi Saja
Engkau memang tak mengerti
tentang pertimbangan nalar atas pekerti
Kau hanya kenal rasa, ialah angkuh, benci, dan sakit hati
Kenakan lah dahulu olehmu topeng senyum yang rupawan itu
Yang sisi dalamnya penuh bilah-bilah pisau tajam dan jarum-jarum runcing
Maka apakah kau mengerti apa yang kau lihat sebelumnya dari luar?
Coba lah dulu mahkota dan jubah itu
Yang beratnya memaksa kepalamu tertunduk dan tubuhmu terbungkuk
Maka mampukah kau tetap tegak?
Ludahi lah kami hari ini
Kau hanya belum mengerti
Rasa sakit hanya dapat dikomentari sebagai sakit secara benar oleh manusia yang pernah menderitanya
Tapi tenanglah, aku berjanji
Tak akan kau ku ludahi
Kelak saat kau seperti kami hari ini
tegak tahan berat, senyum sembunyikan pedih
Sendiri kau pasti paham arti
Bahwa bijak itu bukan perkara seujung jari
Dani Andipa Keliat
20 Maret 2012
tentang pertimbangan nalar atas pekerti
Kau hanya kenal rasa, ialah angkuh, benci, dan sakit hati
Kenakan lah dahulu olehmu topeng senyum yang rupawan itu
Yang sisi dalamnya penuh bilah-bilah pisau tajam dan jarum-jarum runcing
Maka apakah kau mengerti apa yang kau lihat sebelumnya dari luar?
Coba lah dulu mahkota dan jubah itu
Yang beratnya memaksa kepalamu tertunduk dan tubuhmu terbungkuk
Maka mampukah kau tetap tegak?
Ludahi lah kami hari ini
Kau hanya belum mengerti
Rasa sakit hanya dapat dikomentari sebagai sakit secara benar oleh manusia yang pernah menderitanya
Tapi tenanglah, aku berjanji
Tak akan kau ku ludahi
Kelak saat kau seperti kami hari ini
tegak tahan berat, senyum sembunyikan pedih
Sendiri kau pasti paham arti
Bahwa bijak itu bukan perkara seujung jari
Dani Andipa Keliat
20 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)